Terbatasnya jumlah data center di tanah air, kata Ka Vin,
terutama terkendala oleh biaya. Cyber CSF misalnya, menanamkan 16 juta dollar
AS untuk membangun gedung data center berlantai delapan di Jakarta. “Kami juga
menginvestasikan US$ 5 juta per lantai untuk mengonversinya ke tier-3,” ungkap
Wong Ka Vin (Managing Director, CSF Asia Pte Ltd.).
Hambatan lain adalah infrastruktur listrik, pasokan listrik
yang tidak stabil. Pasokan listrik yang tidak stabil bisa menyebabkan server
mati, yang berakibat pada hilangnya pelayanan yang ditawarkan.
Namun menurut Daniel W. Korompis (President Director, Cyber
CSF), hambatan yang lebih besar justru adalah pengetahuan. “Tidak banyak yang
bisa bangun data center,” tuturnya. Maklum untuk membuat data center yang bagus
dan benar-benar aman, desain gedung harus dipikirkan dari awal. Letak lift yang
umumnya di tengah gedung, kata Daniel, kurang dari segi keamanan dan efisiensi
untuk gedung data center.
Eh, data center tidak perlu selalu dibangun sendiri loh.
“Lebih enak di-outsource. Kecuali untuk yang skalanya sangat besar, di atas
10.000m2, boleh bikin sendiri,” kata Daniel.
Nah, jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang data center,
termasuk apa itu tier 1, tier 2 dan tier 3 dan permasalahan lain yang terkait,
silakan ikuti seminar yang akan digelar DatacenterDyanamics dan CSF Group pada
7 November mendatang. Dalam seminar satu hari bertajuk Data Centres as a Key
Infrastructure for a Digital Economy, para pembicara dari Cyber CSF, Eaton,
i3Solutions Group, China Telecom dan Indonesia Cloud Forum akan membahas
tentang data center.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar